Kopi TIMES

Fokus Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga

Selasa, 16 Februari 2021 - 21:59
Fokus Peningkatan Konsumsi Rumah Tangga Faishol Amir, S.Si, ME, Statistisi Muda BPS.

TIMES PONTIANAK, SITUBONDO – Siang ini saya melipir ke sebuah warung tak jauh dari masjid tempat saya melaksanakan sholat jumat. Kebetulan sudah masuk jam makan siang.

Sembari menunggu hidangan disajikan, saya buka gadget untuk menonton siaran streaming BPS tentang rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV tahun 2020. Kebetulan hari ini jadwal rilisnya dan sudah dinanti-nanti oleh banyak pihak yang ingin mengetahui kondisi perekonomian Indonesia terkini.

Seperti yang sudah diprediksi oleh banyak kalangan, Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) triwulan IV  tahun 2020 masih mengalami kontraksi (pertumbuhan minus). LPE Indonesia triwulan IV-2020 mengalami kontraksi sebesar 2,19 persen (y-to-y) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan kontraksi ekonomi juga terjadi pada triwulan II dan triwulan III tahun 2020 (y-to-y). Secara kumulatif, LPE Indonesia tahun 2020 terkontraksi sebesar 2,07 persen (c-to-c) dibandingkan tahun 2019.

Sektor Apa dan Dimana yang Paling Terdampak?

Sambil menyantap makan siang, saya menguping percakapan pemilik warung dan beberapa pengunjung yang kebanyakan supir angkutan umum serta abang ojek online. Mayoritas pembicaraan mereka seputar sepinya penumpang dan lesunya penjualan makanan minuman sepanjang tahun 2020. Memang diakui, sejak pandemi Covid-19 menerjang Indonesia mulai maret 2020 lalu, aktivitas ekonomi terjun bebas.

Tercatat 10 dari 17 sektor lapangan usaha yang pertumbuhannya minus. Dua sektor yang paling terpukul adalah sektor usaha transportasi dan pergudangan yang terkontraksi terdalam sebesar 15,04 persen. Selanjutnya sektor usaha akomodasi dan makan minum yang terkontraksi sebesar 10,22 persen. 

Kunjungan wisatawan, baik manca maupun domestik berkurang drastis. Bahkan pada triwulan IV-2020, kunjungan wisatawan mancanegara berkurang 88,45 persen dibandingkan triwulan IV-2019 (y-to-y). Hal ini menyebabkan tingkat okupansi hotel dan penginapan berkurang drastis. Dilaksanakannya pembelajaran secara daring juga menyebabkan banyak usaha kos-kosan hingga kontrak rumah di wilayah pusat pendidikan sepi tidak ada peminat. 

Adanya pembatasan pergerakan atau mobilitas masyarakat, baik dengan skema lockdown, PSBB hingga PPKM dilakukan sebagai upaya pencegahan penyebaran covid-19. Pemberlakuan kebijakan ini mempunyai dampak pada melemahnya kinerja ekonomi. Pembatasan kegiatan yang dilakukan telah menghentikan kegiatan ekonomi masyarakat dan menghambat kegiatan produksi dan distribusi barang

Pada wilayah yang menjadi tumpuan kegiatan ekonomi, tujuan wisata atau pusat pendidikan, maka dampak pandemi covid-19 terhadap perekonomian sangat terasa. Tahun 2020, Pulau Jawa sebagai penyumbang terbesar perekonomian Indonesia dengan kontribusinya sebesar 58,75 persen mengalami kontraksi ekonomi sebesar 2,51 persen (y-to-y). Sedangkan pulau Bali dan Nusa Tenggara yang menjadi andalan pariwisata Indonesia mengalami kontraksi terdalam hingga mencapai 5,01 persen (y-to-y).

Masih Ada Harapan

Harapan kondisi ekonomi akan membaik disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam konferensi pers secara virtual (5/2/2021) . Airlangga menyampaikan bahwa kontraksi ekonomi mulai mengecil pada triwulan III-2020 sebesar 3,49 persen dan kontraksi kembali mengecil pada triwulan IV-2020 sebesar 2,19 persen (y-to-y). Bahkan LPE triwulan III-2020 tumbuh positif sebesar 5,05 persen dibanding triwulan II-2020 (q-to-q). 

Berdasarkan lapangan usaha, tercatat ada dua sektor usaha dengan LPE yang meningkat pada tahun 2020, yaitu sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh sebesar 11,60 persen; informasi dan komunikasi sebesar 10,58 persen dibandingkan tahun 2019 (c-to-c). Laju positif  pada sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial ditengarai karena meningkatnya permintaan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Baik sebagai upaya membentengi diri dari bahaya corona maupun adanya permintaan berbagai tes pengujian imunitas dan kontaminasi covid-19 diberbagai daerah untuk keperluan pendidikan, pekerjaan dan mobilitas ke wilayah lain.

Sedangkan laju positif pada sektor informasi dan komunikasi salah satunya karena pemberlakukan WFH maupun belajar secara daring sehingga permintaan akan akses internet maupun layanan seluler lainnya meningkat tajam.  Selain kedua sektor ekonomi di atas, ada lima sektor ekonomi lainnya yang masih tumbuh positif meskipun melambat.

Meningkatkan Konsumsi Rumah Tangga

Ada banyak rumah tangga “terpaksa” menahan laju pengeluarannya karena pendapatan menurun atau bahkan karena kehilangan pekerjaan karena efek pandemi covid-19. BPS mencatat ada 2,56 juta penduduk usia kerja menjadi pengangguran karena covid-19. Sebanyak 1,77 juta penduduk bekerja namun untuk sementara tidak bekerja (BPS, 2020).

Tertahannya laju pengeluaran rumah tangga menyebabkan LPE komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga (PK-RT) tahun 2020 terkontraksi sebesar 2,63 persen dibandingkan tahun 2019 (c-to-c). Padahal komponen PK-RT merupakan penyumbang terbesar PDB menurut pengeluaran atas dasar harga berlaku tahun 2020 sebesar 57,66 persen.

Namun pemerintah terus berjuang agar laju konsumsi rumah tangga kembali meningkat. Anggaran untuk penanganan covid dan pemulihan ekonomi telah disiapkan. Misal untuk  perlindungan sosial disiapkan dana sebesar 148,66 triliun. Dukungan kepada UMKM dan korporasi yang telah berkontribusi 60,3 persen terhadap PDB diwujudkan dengan penyiapan dana dukungan sebesar Rp 157,57 triliun. Selain itu ada kebijakan anggaran lainnya terkait kesehatan dan program prioritas kementrian. Sehingga total keseluruhan dana yang disiapkan mencapai Rp. 557,3 triliun.

Pemerintah menargetkan ekonomi di tahun 2021 akan tumbuh 4,5 persen hingga 5,5 persen. Melalui Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto menargetkan ekonomi akan bertumbuh positif menuju angka 1,6 persen sampai 2,1 persen di kuartal pertama tahun ini. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah akan mendorong komponen konsumsi rumah tangga untuk tumbuh 1,8 persen, komponen pengeluaran pemerintah tumbuh sebesar 4 persen hingga 5 persen dan meningkatkan komponen investasi serta ekspor.

Akhirnya kita semua berharap pandemi ini segera berakhir dan perputaran ekonomi kembali menggeliat agar Indonesia terhindar dari depresi ekonomi. Sekali lagi, kepatuhan akan protokol kesehatan dan dukungan terhadap program vaksinasi nasional yang sedang berjalan menjadi kunci terputusnya rantai penyebaran covid-19. 

***

*) Oleh: Faishol Amir, S.Si, ME, Statistisi Muda BPS.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Pontianak just now

Welcome to TIMES Pontianak

TIMES Pontianak is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.